Rabu, 23 November 2016

Bapak

"Tentang perjalanan, di mana lagi tidak berjalan. Juga tentang rasa di mana rasa tak dapat lagi kurasa. Yang di mana kini aku menemukan satu titik semu itu. Dan pulang, adalah jalan terakhirku."

Senja kembali berpamitan, menyisakan warna keemasan di kaki langit. Aku dan secangkir kopi ini, menjadi saksi datangnya malam yang pekat. Sepekat ampas kopi pahit dalam cangkir merahku. Sendiri, kunikmati hidup. Bahagia yang aku rasa.
Benarkah? Entahlah.
Kuraih HPku dan kucoba telepon bapak. Bapak selalu punya cerita tentang senja, tentang langit dan bintang. Entah, petang ini bapak akan bercerita tentang apa.

"Tumben, Nak. Kamu terlambat telepon bapak, bukankah senja sudah pergi?"

"Iya, Pak. Sepertinya aku bosan dengan senja. Pak, bisakah bapak ceritakan apapun yang bapak rasa sekarang."

"Apakah kamu mau mendengar, Nak?"

"Pasti."

"Bapak ingin kamu pulang dan ...."

Hening.

Hanya suara napas bapak di balik HPku. Nafas yang mulai berat, mungkin karena nikotin yang meracuni kesehatannya. Entah kenapa malam ini cerita bapak beda.
Pulang?
Ah, entahlah. Sejauh ini aku tidak pernah merasa ada yang peduli dengan pergiku. Sepuluh tahun dua bulan, dua puluh satu hari aku pergi. Aku merasa biasa saja.

"Nak, apakah kamu masih mendengar?"

"Masih, Pak."

"Pulanglah, Nak. Jangan hanya mengejar keperluan duniamu. Kejar juga bekal akhiratmu. Berapa kali kamu tidak merasakan ramadhan, lebaran di rumah? Sepuluh kali, bukan? Mau cari apa lagi? Apakah kamu takut kelaparan di kampungmu sendiri? Apakah kamu takut tidak ada rejeki di negara sendiri? Percayalah, Nak. Di mana ada kehidupan, di sana ada sandang dan pangan. Allah Maha Kaya, Dia tidak akan membiarkan makhluknya makan tanah. Paham?"

"Tapi, Pak ..., aku ...."

"Apa? Tidak betah di rumahmu sendiri? Mau sampai kapan?"

"Pak ..., bapak ..., bukan itu ...."

"L-a-l-u ...," bapak secepat kilat menimpali alasanku.

"Anu, Pak ...."

Dan bapak tidak akan paham. Tentang arti pergiku. Bukan ragu atas kebesaran Dia Yang Maha Satu, sama sekali bukan. Tapi tentang rasa di mana rasa tak dapat lagi terasa. Tentang perjalanan, di mana lagi tidak berjalan. Yang di mana kini aku menemukan satu titik semu itu. Dan pulang, adalah jalan terakhirku.
Mungkin.

Taoyuan, 24 November 2015
________________________

2 komentar:

  1. Aku sampe ter enyuh baca nya...
    -_- nesak ne

    BalasHapus
  2. Kisah pribadi.? Inspirasi bisa datang dari manapun. Maju trus. Ciayo

    BalasHapus