Sabtu, 25 Juli 2015

Merahku Memudar

Kamu datang terlalu malam. Saat kelopak dan putikku terperangkap dalam gelap. Kamu tak dapat melihatku, mencium aromaku tanpa kekuatan batin yang tulus. Kamu hadir terlalu malam, dan ketika menyentuh rantingku, justru duri-duri tua itu melukaimu.

Aku setangkai mawar dalam rimbunnya semak belukar, terperangkap dalam lebatnya gulma di antara senja yang mulai lenyap. Dengan mata telanjangmu kamu tak mampu melihatku, tak mampu mengenaliku. Merahku mulai memudar, wangiku mulai berbaur dengan aroma tanah yang basah.

Aku mawar merah yang pudar. Menanti uluran tangan bukan untuk memetikku. Bukan untuk memetik rantingku. Tapi? Mencabutku dan akarku, memindahkanku dalam pot-pot kehidupan yang lebih nyaman, dengan pupuk terbaik dan mengantarkan menua, layu dan mati dengan kebaikan.

Taoyuan, 24 Juli 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar