Sabtu, 18 April 2015

Belajar Dari Hujan

Hidup tidak mungkin sempurna, secantik apapun, sekaya apapun, bahkan secerdas apapun kamu, tidak akan ada manusia dikatakan sempurna. Ikhlas contohnya. Bisakah kamu ikhlas? Tidak sedikit kita mendengar dan tahu banyak orang mengeluh tentang hidup. Belajar tidak harus pada manusia, ataupun orang yang kita anggap lebih pintar dari kita.

Hujan, kita mampu belajar ikhlas dari hujan, dari tiap tetes-tetesnya, dari kapan ia akan turun dan pada tempat di mana ia akan jatuh. Hujan turun karena Allah menghendaki, hujan turun ke bumi dan jatuh pada tempat yang mungkin tidak ia suka, tapi apa daya mereka? Hujan hanya pasrah pada ketentuan takdirnya.

Demikian pula manusia, Allah tahu kapan kita harus berduka kapan kita harus bersuka ria. Jalani saja hidup dengan ikhlas, apapun yang terjadi, kita pasrah, di manapun, kapanpun kita akan kenapa, semua atas skenario Allah. Laksana hujan, tetap ikhlas menerima di manapun ia jatuh. Dalam sungai, tanah lumpur yang lembut, atau bahkan batu kali yang keras. Kita terima saja, akan ada waktu di mana kita mampu berkumpul bersama. Semua indah pada waktunya. Jika belum indah? Berarti belum waktunya.

Jadi, kita nikmati hidup ini, tak peduli kamu siapa, di mana, dan jabatan apa. Yang dunia tahu, kamu tetap manusia yang tidak sempurna. Menikmati hidup, tiap liku dan lekuk tubuh bumi kita. Rileks dan mari nikmati.

Jangan takut salah, karena dari salah kita berangkat ke yang benar.
Jangan takut kesasar, karena dari kesasar kita temukan jalan baru.
Hidup ini indah, maka nikmatilah.

Taiwan 24 Maret 2015

1 komentar: